Oleh: Djoko Iriandono*)
Setiap kali bulan Muharram tiba dan kalender Hijriah berganti angka, umat Islam di seluruh dunia memperingati datangnya Tahun Baru Islam. Berbeda dengan hingar-bingar dan pesta kembang api yang sering menyertai tahun baru Masehi, peringatan tahun baru Islam (1 Muharram) umumnya diisi dengan nuansa kontemplatif, renungan, dan semangat spiritual. Namun, lebih dari sekadar ritual pergantian tanggal, memperingati tahun baru Islam menyimpan hikmah yang dalam dan relevan bagi kehidupan seorang muslim di zaman modern. Ia adalah momentum untuk menengok ke belakang, mengevaluasi diri, dan merancang langkah ke depan dengan panduan cahaya Ilahi.
1. Mengenang Peristiwa Besar: Hijrah Nabi Muhammad SAW
Inti dari penetapan kalender Hijriah adalah peristiwa monumental Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M. Memperingati tahun baru Islam secara otomatis adalah mengingat kembali perjalanan suci ini. Hikmahnya sangat besar, diantaranya:
Simbol Perjuangan dan Pengorbanan: Hijrah bukanlah pelarian, melainkan strategi perjuangan dengan pengorbanan luar biasa. Nabi dan para sahabat meninggalkan harta, keluarga, dan tanah kelahiran demi mempertahankan akidah dan membangun masyarakat baru yang berlandaskan Islam. Ini mengajarkan keteguhan hati, keberanian, dan kesediaan berkorban untuk prinsip yang benar.
Awal Kebangkitan Peradaban: Hijrah menandai titik balik sejarah Islam. Dari kondisi tertindas di Mekkah, Islam tumbuh menjadi kekuatan politik, sosial, dan spiritual di Madinah. Di sanalah Piagam Madinah disusun, dasar-dasar negara Islam ditegakkan, dan syiar Islam berkembang pesat. Peringatan ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar dan kebangkitan seringkali dimulai dengan langkah berani.
Pentingnya Lingkungan yang Kondusif: Hijrah mengajarkan pentingnya mencari atau menciptakan lingkungan yang mendukung pengamalan agama dan pengembangan potensi diri. Jika lingkungan lama (Mekkah) menghambat, mencari lingkungan baru (Madinah) yang memungkinkan pertumbuhan adalah solusi bijak.
2. Refleksi atas Waktu: Anugerah yang Harus Dipertanggungjawabkan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Asr: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Asr: 1-3). Tahun baru Islam adalah pengingat yang kuat tentang nilai waktu.
Muhasabah Diri: Pergantian tahun adalah waktu yang tepat untuk muhasabah (introspeksi diri). Bagaimana kualitas ibadah kita tahun lalu? Sejauh mana amal saleh kita? Bagaimana hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan diri sendiri? Refleksi jujur ini menjadi dasar perbaikan.
Menyadari Umur yang Berkurang: Setiap tahun yang berlaut berarti umur kita berkurang dan mendekatkan kita kepada kematian. Rasulullah SAW bersabda, "Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, hidupmu sebelum matimu." (HR. Al-Hakim). Tahun baru mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang diberikan.
Memperbaharui Komitmen: Momentum pergantian tahun adalah kesempatan emas untuk memperbaharui niat dan komitmen kita dalam beribadah, berbuat baik, menuntut ilmu, dan berjuang di jalan Allah. Seperti halnya Nabi dan para sahabat memulai babak baru di Madinah, kita pun bisa memulai babak baru dalam kehidupan spiritual dan amal kita.
3. Meneladani Nilai-Nilai Hijrah dalam Kehidupan Kontemporer
Hikmah memperingati tahun baru Islam bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang menginternalisasi dan mengaplikasikan nilai-nilai hijrah dalam konteks kekinian:
Hijrah Spiritual: Berhijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari sifat-sifat buruk (seperti malas, dengki, sombong) menuju akhlak mulia, dari keengganan beribadah menuju semangat mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah hijrah yang paling fundamental dan terus-menerus dilakukan.
Hijrah Pemikiran: Berhijrah dari pola pikir yang sempit, jumud (beku), atau terpengaruh nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam, menuju pemikiran yang terbuka namun kritis, dinamis, dan berlandaskan wahyu serta akal sehat yang Islami.
Hijrah Sosial: Berusaha memperbaiki hubungan dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat. Berhijrah dari sikap apatis dan individualistik menuju kepedulian sosial, gotong royong, dan amar ma'ruf nahi munkar (menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran).
Hijrah Produktivitas: Memanfaatkan waktu lebih baik untuk hal-hal yang bermanfaat, baik ilmu, amal, maupun pekerjaan yang halal. Berhijrah dari kebiasaan menunda-nunda (prokrastinasi) dan pemborosan waktu menuju manajemen waktu yang efektif dan berorientasi pada tujuan akhirat.
Hijrah Media dan Teknologi: Di era digital, hijrah juga berarti menggunakan media sosial dan teknologi informasi secara bijak dan bertanggung jawab, untuk menyebarkan kebaikan, ilmu, dan bukan untuk ghibah, fitnah, atau hal sia-sia.
4. Menjalin Ukhuwah dan Kesatuan Umat
Penetapan kalender Hijriah oleh Khalifah Umar bin Khattab RA bukan hanya keputusan administratif, tapi juga simbol persatuan umat Islam. Menggunakan satu sistem penanggalan yang berdasarkan peristiwa penting dalam sejarah Islam (Hijrah) memperkuat identitas bersama. Memperingati tahun baru Islam secara serentak di seluruh dunia:
Memperkuat Ikatan Sejarah dan Iman: Mengingatkan kita akan akar sejarah yang sama dan ikatan aqidah yang menyatukan muslim dari berbagai bangsa dan budaya.
Momentum Solidaritas: Dapat menjadi momentum untuk meningkatkan solidaritas dengan sesama muslim, terutama yang sedang mengalami kesulitan di berbagai belahan dunia. Refleksi atas perjuangan Nabi dan para sahabat semestinya membangkitkan semangat untuk membantu saudara seiman.
Menguatkan Identitas Muslim: Dalam arus globalisasi yang kuat, memiliki kalender dan peringatan tahunan yang khas Islam membantu mempertahankan dan memperkuat identitas keislaman.
5. Pendidikan Sejarah dan Penanaman Nilai bagi Generasi Muda
Peringatan tahun baru Islam menjadi sarana penting untuk pendidikan sejarah dan penanaman nilai kepada generasi muda:
Mengenalkan Peristiwa Penting: Menyampaikan kisah heroik dan penuh hikmah di balik peristiwa Hijrah dengan cara yang menarik dan relevan.
Menanamkan Keteladanan: Memperkenalkan keteladanan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan para sahabat lainnya dalam peristiwa Hijrah, termasuk nilai keberanian, kepercayaan (tawakkal) kepada Allah, kesetiaan, dan kecerdikan.
Memahami Makna Hijrah Sejati: Menjelaskan bahwa hijrah bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi nilai-nilainya harus hidup dalam diri setiap muslim, seperti semangat berubah menjadi lebih baik, berjuang demi kebenaran, dan membangun peradaban.
Penutup: Kapal yang Berlayar Menuju Ridha Ilahi
Memperingati tahun baru Islam bukanlah perayaan kosong tanpa makna. Ia adalah kompas spiritual yang menuntun kita untuk berhenti sejenak di tengah lautan waktu. Ia adalah cermin untuk melihat kembali perjalanan kita selama setahun. Ia adalah panggilan untuk melakukan hijrah-hijrah baru dalam diri, menanggalkan beban dosa dan kelalaian, serta mengisi diri dengan iman, ilmu, dan amal saleh yang lebih baik.
Seperti kapal yang meninggalkan pelabuhan lama untuk menuju tujuan baru yang lebih baik, peringatan tahun baru Hijriah mengajak kita meninggalkan "Mekkah" kelalaian dan kesalahan menuju "Madinah" ketaatan dan perbaikan diri. Dengan merenungi hikmah mendalam di baliknya – mengenang perjuangan Hijrah, merefleksikan waktu, meneladani nilai-nilai mulia, menguatkan ukhuwah, dan mendidik generasi – kita transformasikan pergantian tanggal menjadi momentum transformasi spiritual yang nyata. Mari jadikan tahun baru Islam ini sebagai titik tolak untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan lebih dekat kepada-Nya, sehingga perjalanan hidup kita benar-benar menjadi "hijrah" menuju ridha Ilahi. Selamat Tahun Baru 1 Muharram, semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur dan berhijrah menuju kebaikan.
*) Kasi Kominfo BPIC Kaltim